Senin, 20 Februari 2017

Animasi BATTLE OF SURABAYA Yang Mendunia


        Battle of Surabaya adalah film animasi 2D, drama, aksi dan sejarah Indonesia produksi MSV Pictures. Karya perdana sutradara muda Aryanto Yuniawan ini menampilkan tokoh dan cerita fiktif, namun berlatar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada saat perang Surabaya 1945. Trailer film ini telah meraih beberapa penghargaan, diantaranya Most People's Choice Award IMTF (International Movie Trailer Festival) 2013 dan Nominee Best Foreign Animation Award 15th Annual Golden Trailer Award 2014.

SINOPSIS
        FILM ini menceritakan petualangan Musa, remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi perjuangan pejuang arek-arek Suroboyo dan TKR dalam peristiwa pertempuran dahsyat 10 November 1945 di Surabaya.

Cerita dibuka dengan visualisasi dahsyat dari pemboman kota Hiroshima oleh Sekutu yang menandakan menyerahnya Jepang. “Indonesia merdeka, itu yang kudengar di RRI, Jepang menyerah!”, kata Musa. Tetapi langit Surabaya kembali merah dengan peristiwa Insiden Bendera dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi oleh Belanda. Belum lagi gangguan oleh beberapa kelompok pemuda Kipas Hitam yang dilawan oleh Pemuda Republiken. Residen Sudirman, Gubernur Suryo, Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo & pemuda Indonesia bangkit melawan penjajahan.

Musa dipercaya sebagai kurir surat dan kode-kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu-lagu keroncong dari Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia yang didirikan Bung Tomo. Berbagai peristiwa dilalui Musa sebagai kurir, kehilangan harta dan orang-orang yang dikasihi menjadi konsekuensi tugas mulia tersebut.

Cerita ini merupakan cerita adaptasi dari pertempuran 10 November di Surabaya. Selain tokoh-tokoh nyata, terdapat tokoh fiktif yang sengaja dibuat untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Pesan perang tentang semangat, cinta tanah air, dan perdamaian.

FAKTA
        Tepatnya tanggal 20 Agustus 2015, melalui bioskop-bioskop yang ada di Indonesia, film animasi karya anak bangsa ini resmi diputar. Battle of Surabaya mengangkat tema mengenai sejarah bangsa Indonesia, khususnya peristiwa 10 November di Surabaya.
Film animasi yang digadang-gadang berdiri dengan standar internasional ini ternyata hasil besutan sutradara ternama dari MSV Pictures, Aryanto Kurniawan. Dengan membidik dua artis ternama Indonesia sebagai dubber, yaitu Maudy Ayunda serta Reza Rahardian, membuat film animasi Battle of Surabaya layak untuk ditonton.
Di balik produksi film animasi asli Indonesia ini, ternyata menghadirkan beberapa fakta yang membuat kita harus bangga dengan adanya film Battle of Surabaya.

Apa saja fakta-fakta tersebut   :
     1. Mendapat dukungan dari DISNEY.

         Berawal dari berlangsungnya pameran terkait film Battle of Surabaya, pihak Disney telah berdikusi bersama pihak MSV Pictures. Berdasarkan pernyataan dari Aryanto Kurniawan, Disney memberikan dukungan kepada studio animasi di Indonesia yang ada di Yogyakarta.

     2. Cerminan Kreativitas Muda Tanah Air.

         Bukti bahwa para kreativitas muda itu asli dimiliki oleh Indonesia adalah dengan adanya film animasi Battle of Surabaya. Produksi film animasi ini sama bebas dari campur tangan pihak asing. Semuanya asli karya anak bangsa dan diproduksi sepenuhnya di AMIKOM, kampus yang belokasi di Yogyakarta.

     3. Mempunyai Segudang Prestasi.

         Umumnya, prestasi terkait film-film yang ada di bioskop diperoleh setelah resmi ditayangkan. Namun Fakta Battle of Surabaya menyebutkan bahwa sebelum resmi tayang di bioskop, film animasi ini sudah meraih berbagai prestasi.
Melalui ajang International Movie Trailer Festival 2013, film animasi ini berhasil memperoleh penghargaan. Selain itu melalui Annual Golden Trailer Award 2014, film animasi Battle of Surabaya juga masuk sebagai nominasi. Membanggakan!

Penasaran mau lihat karya anak bangsa ini ?



Referensi  :
- http://www.duniaku.net/2015/08/25/fakta-battle-of-surabaya/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Surabaya
- http://www.haff.nl/en/companies/pt-mataram-surya-visi-sinema-msv-pictures?film=battle-of-surabaya
- http://www.amikom.ac.id/index.php/main/berita/battle-of-surabaya-meraih-best-feature-animation-m
- http://hiburan.metrotvnews.com/read/2016/09/27/589442/usai-battle-of-surabaya-amikom-siapkan-film-animasi-aji
- http://www.amikom.ac.id/index.php/main/berita/battle-of-surabaya-raih-gold-remi-award-216-di-hou

Selasa, 14 Februari 2017

Mengenal Universitas Amikom Yogyakarta


STMIK AMIKOM (Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM) Yogyakarta adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Yogyakarta. Perguruan tinggi ini didirikan pada tanggal 29 Desember 1992. merupakan sebuah perguruan tinggi hasil pengembangan dari Akademi Manajemen Informatika dan Komputer "AMIKOM Yogyakarta". Pada tahun pertama, mahasiswa yang diterima sejumlah 44 orang pada jurusan Manajemen Informatika. Setahun kemudian, AMIKOM mendapatkan status terdaftar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penddikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 084/D/O/1994 tanggal 11 Oktober 1994. Untuk saat ini semua program studi sudah terakreditasi.

Seiring bertambahnya mahasiswa, AMIKOM menggunakan dua lokasi kampus, Kampus I di Jalan Wolter Monginsidi dan Kampus II terletak di Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Beberapa ruangan di bangun di lokasi baru untuk menampung kegiatan perkuliahan dan praktikum serta perpustakaan. Pada tahun akademik 1998 di mana mahasiswa baru mencapai hampir 800 orang, gedung yang saat itu dipakai sudah tidak lagi dapat memuat jumlah mahasiswa yang ada. Maka sejak tahun akademik 1998/1999 AMIKOM menyewa bangunan ruko dan diubah menjadi kampus terpadu di Ring Road Utara, Condong Catur dengan 9 ruang kuliah, 1 pelayanan akademik, 1 ruang perpustakaan dari gedung sebanyak 2 lantai (semua pelayanan akademik telah dipindahkan di kampus terpadu ini, kecuali pelayanan beberapa lab komputer dan internet yang masih terdapat di Kampus II jalan Kaliurang km 5,6 Yogyakarta).

Akhirnya AMIKOM berhasil mendapatkan tanah dan membangun gedung milik sendiri di lokasi tepat di samping gedung kampus terpadu. Gedung perkuliahan yang resmi mulai ditempati dan digunakan untuk perkuliahan pada tahun akademik 2001/2002, terdiri dari 3 lantai yang dipakai sebagai pusat administrasi, ruang kuliah dan laboratorium. Tahun 2010 gedung unit V untuk perpustakaan, ruang kelas teori, dan ruang inkubator bisnis. Tahun 2012 dibangun gedung Amikom Student Center sebagai ruang kegiatan kemahasiswaan untuk kesekretariatan organisasi kemahasiswaan, ruang rapat, dan ruang pertemuan khusus kegiatan kemahasiswaan, dan ruang Pembina Yayasan. Tahun 2013 dibangun gedung Unit VI untuk kegiatan perkuliahan kelas Internasional, ruang dosen, ruang LP3M, ruang Penjaminan Mutu, Kantor Urusan Internasional, ruang produksi Film Animasi, dan bioskop.

Terlebih lagi kini pada tanggal 20 Januari 2017 STMIK AMIKOM telah resmi diputuskan menjadi Universitas AMIKOM melalui izin perubahan bentuk dari Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI).
Dengan Nomor Surat: 99/KPT/I/2017 tanggal 20 Januari 2017, peresmian bentuk tersebut diselenggarakan di ruang cinema AMIKOM Yogyakarta.
 Penerimaan Sertifikat Resmi

Sesuai dengan izin tersebut, Universitas AMIKOM Yogyakarta memiliki 16 program studi, yaitu S2 Magister Teknik Informatika, S1 Informatika, S1 Sistem Informasi, S1 Teknologi Informasi, S1 Rekayasa dan Akuntansi, S1 Kewirausahaan, S1 Ilmu Komunikasi, S1 Hubungan Internasional, S1 Ilmu Pemerintahan, D3 Teknik Informatika, dan D3 Manajemen Informatika.
Seluruh Program Studi (Prodi) baru yang diselenggarakan di Universitas AMIKOM Yogyakarta, ditunjang dengan teknologi-teknologi terkini yang memungkinkan terjadinya konvergensi unik antara bidang tersebut dengan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) seperti adanya AMIKOM Creative Economy Park.
Sambutan dari beberapa Perusahaan
Diharapkan dengan berubahnya status AMIKOM menjadi Universitas AMIKOM Yogyakarta akan semakin memicu civitas AMIKOM untuk bekerja lebih keras, dan melayani lebih baik lagi untuk mencapai visinya agar menjadi perguruan tinggi kelas dunia yang unggul dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis entrepreneurship.


Source   :
- http://www.amikom.ac.id/
- https://id.wikipedia.org/wiki/STMIK_AMIKOM_Yogyakarta
- http://jogja.tribunnews.com/2017/02/14/resmi-diputuskan-menjadi-universitas-amikom-bukan-lagi-stmik

Rabu, 07 Desember 2016

INFEKSI CACING STRONGYLE PADA SAPI




                                                                              BAB I
                                                                   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
     Pasar merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat yang
tumbuh kembangnya disesuaikan dengan kebiasaan norma adat di suatu
wilayah, yang kemudian pasar tersebut menjadi sarana kegiatan perekonomian
yang menopang dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Kegiatan
perekonomian tersebut menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di
tinjau dari perkembangannya pasar dapat diartikan sebagai lembaga atau
institusi yang dikelola oleh pemerintah sehingga transaksi perdagangan dapat
terjadi dengan baik. Dalam pengertian yang lebih modern, pasar adalah
mekanisme yang memungkinkan bertemunya penawaran dan permintaan, baik
dalam pengertian fisik maupun non-fisik.
Pasar tradisional dalam aktifitasnya selain memenuhi kebutuhan di
lingkungannya dalam hal ini masyarakat yang membutuhkan barang dan jasa,
pasar memiliki fungsi lain yang lebih luas seperti sebuah pendapat bahwa
pasar tradisional memiliki potensi sebagai ikon daerah, Setiyanto (dalam
Djau, 2009).
    Berangkat dari hal tersebut pasar tradisional yang pada awalnya
menggunakan metode-metode yang mengutamakan insting dalam proses
transaksinya dengan calon pembeli, sudah seharusnya menempatkan posisinya
sejajar dengan pasar modern dengan menggunakan strategi manajeman yang
baik, mengingat perkembangan teknologi, informasi dan inovasi begitu
cepatnya, namun hal itu tidak sejalan dengan pasar tradisional itu sendiri.
    Dengan mengedepankan pertimbangan-pertimbangan khusus guna
meningkatkan kualitas secara keseluruhan demi nilai tambah atas produk
maupun jasanya itu menjadi penting demi persaingan yang seimbang atas
transformasi pasar itu sendiri di era perdagangan bebas ini.
Pemerintah melalui Menteri Perdagangan Republik Indonesia
No.53/M-DAG/PER/12/ 2008 sampai saat ini masih tetap mempertahankan
pasar tradisional ditengah masyarakat walaupun keberadaanya mulai kembang
kempis karena banyaknya pasar modern yang mulai menjamur ke pelosok
wilayah, hal ini dapat terlihat bahwa di Jawa Tengah pada tahun 2011 masih
terdapat pasar tradisional sebanyak 1.561unit.

B. Rumusan Masalah
     Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat diambil
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah variabel strategi pemasaran berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan penjualan.
2. Apakah variabel perkembangan teknologi informasi pemasaran
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penjualan.
3. Apakah variabel inovasi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
penjualan.
4. Apakah variable strategi pemasaran, teknologi informasi, dan inovasi
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable pengambilan
keputusan.
5. Apakah pengaruh variable yang paling dominan terhadap pengambilan
keputusan adalah teknologi informasi.

C. Tujuan Penelitian
     Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah variabel strategi pemasaran, perkembangan
teknologi informasi, dan inovasi berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan pada pasar tradisional di Solo secara parsial.
2. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan dalam proses
pengambilan keputusan penjualan.
3. Memberikan edukasi kepada pasar tradisional dan dinas terkait atas
perilaku ekonominya melalui hasil penelitian.

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Telur Strongyle pada sapi.................................................
Gambar 2. Telur Oesophagostomum sp……………………............
Gambar 3. Telur Ostertagia sp. ……………....................................
Gambar 4. Telur Trichostrongylus axei………….............................
Gambar 5. Telur Bunostomum phlebotomum ………......................
Gambar 6. Telur Chabertia ovina………..........................................
Gambar 7. Telur Nematodirus filicolis.............................................
Gambar 8. Variasi telur Strongyle pada pemeriksaan
feses menggunakan metode sentrifus .................................
Gambar 9. Peta persebaran feses positif Strongyle di
DIY dan sekitarnya ..............................................................


                                                              TINJAUAN PUSTAKA

       Sapi sebagai sumber protein hewani di Indonesia
Indonesia merupakan negara potensial dalam pengembangan sapi. Sapi
merupakan hewan ternak yang dapat menopang kebutuhan daging hal ini karena
sapi mudah dan sederhana untuk dikembangbiakkan (Yulianto dan Saparinto,
2010). Sapi memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta memenuhi gizi protein
hewani bagi masyarakat. Kebutuhan daging sapi pada tahun 2015 sebanyak
640.000 ton, meningkat sebanyak 8,15% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
590.000 ton. Kenaikan kebutuhan daging sapi potong saat ini tidak diimbangi
dengan populasi sapi potong dalam negeri (Sudarmono dan Sugeng, 2016).
Taksonomi dari sapi potong menurut Setiadi dkk. (2012) adalah sebagai berikut :
            Kerajaan : Animalia
            Filum : Chordata
            Subfilum : Vertebrata
            Kelas : Mamalia
            Sub kelas : Eutheria
            Ordo : Artiodactylia
            Sub ordo : Ruminantia
            Famili : Bovidae
            Genus : Bos
            Spesies : Bos taurus, Bos indicus, Bos sundaicus
Bangsa sapi yang sudah dikenal di dunia berasal dari Homacodontidae
yang dijumpai pada zaman Palaeocene. Jenis primitifnya ditemukan di Asia.
Perkembangan dari jenis primitif yang kemudian berevolusi dan diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu: Bos sundaicus atau yang biasa disebut dengan
banteng, Bos indicus atau sapi Zebu yang ditemukan di Asia, dan Bos taurus yang
merupakan sapi asal Eropa (Murtidjo, 1992).

Nematoda gastrointestinal
      Nematoda gastrointestinal adalah cacing nematoda yang hidup di saluran
pencernaan. Nematoda berasal dari filum nemathelmintes. Nematoda sering
disebut cacing gilig karena bentuk tubuhnya. Cacing ini memiliki bentuk tubuh
silindris dan memanjang mengecil pada salah satu bagian tubuhnya (Urquhart et
al., 1996). Tubuh dari nematoda tidak bersegmen tetapi memiliki kutikula. Sistem
digesti berbentuk tubular, bentuk mulut dari nematoda terbuka dengan jumlah dua
atau tiga bibir dan berlanjut langsung ke esophagus. Golongan Strongyloid
memiliki bentuk mulut besar yang disebut buccal capsule. Nematoda terbagi
menjadi bursata dan non bursata. Trichostrongyloidea dan Strongyloidea adalah
superfamili nematoda yang memiliki bursata (Monnig, 1950).

                                                            Telur Strongyle
      Telur Strongyle dapat ditemukan pada feses beberapa hewan yaitu sapi,
kambing, domba dan unta. Telur Strongyle terlihat memiliki bentuk oval dan tepi
yang tipis, di dalamnya terlihat bergerombol berbentuk seperti kumpulan sel
seperti anggur (morula). Perkembangan stadium pertama larva terjadi di telur dan
telur yang sudah berlarva dapat ditemui pada sampel feses yang disimpan lama
(Zajac dan Conbuy, 2012).
Telur Strongyle yang menetas menjadi larva dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti temperatur, kelembaban dan larva itu sendiri. Larva menghasilkan
enzim dimana dapat merusak lapisan cangkang telur sehingga larva dapat menetas
(Urquhart dkk., 1996).

Gambar 1. Telur Strongyle pada sapi (Zajac dan Conbuy, 2012)

Nematoda gastrointestinal pada sapi
Oesophagostomum sp.
     Oeshopagostomum sp. merupakan cacing nematoda yang sering
menyebabkan nodul pada kolon ruminansia. Panjang cacing jantan yaitu 12-16,5
mm dan panjang cacing betina yaitu 15-21,5 mm dengan lebar tubuh 0,45 mm.
Cacing ini memiliki alae serviks yang besar. Kutikula pada nematoda ini
membentuk mulut dan kollar yang tinggi berbentuk seperti trunkus yang
mengerucut. Kira-kira 0,25 mm dari batas akhir anterior terdapat cervical groove
yang memanjang mengelilingi permukaan ventral ke aspek lateral tubuh (Monnig,
1950). Kapsula bukal dangkal berbentuk cincin dan terdapat lanset pada corong
esophagus (Levine, 1990).

Gambar 2. Telur Oesophagostomum sp. (Allwin et al., 2016).

Ostertagia sp.
     Ostertagia merupakan cacing perut yang ditemukan di ruminansia.
Memiliki ukuran telur yaitu 70-84 x 40-50 mikron (Anderson, 2000). Cacing ini
sering disebut cacing lambung coklat. Kepala dan kapsula bukal kecil serta
memiliki papilla servikalis. Spikulum pendek yang berakhir dengan 2 atau 3
tonjolan. Terdapat sebuah gubernakulum. Vulva terletak 1/5 posterior tubuh dan
kadang tertutup oleh cuping kutikuler. Panjang cacing jantan yaitu 6-8 mm
dengan spikulum 220-230 mikron berakhir pada tiga tonjolan berkait. Cacing
betina memiliki panjang 8-10 mm (Levine, 1990).
Gambar 3. Ostertagia sp. (Taira et al., 2003).

Trichostrongylus sp.
     Cacing ini memiliki nama lain yaitu cacing rambut, cacing perusak atau
cacing diare hitam. Kepala kecil tanpa kapsula bukal dan papilla servikal.
Spikulum berwarna kecoklatan, pendek, kuat dan bergerigi dan memiliki
gubernakulum. Vulva cacing betina sedikit di belakang pertengahan tubuh dan
mempunyai bibir menonjol. Cacing jantan memiliki panjang 2-6 mm dengan
diameter 50-60 mikro, dengan spikulum coklat tua dan tidak sama besar (Levine,
1990). Bursa kopulatriks dan spikulum pendek dan terletak di posterior. Cacing
betina mempunyai panjang 3-8 mm dan diameter 55-70 mikron. Cacing betina
memiliki kapsula bukalis, tidak ada tonjolan, meruncing di posterior (Levine,
1990; Noble and Noble, 1982). Telur cacing ini memiliki ukuran yaitu 75-107 x
30-47 mikron (Levine, 1990).
                                               
Gambar 4. Trichostrongylus axei (70-90 x 40-45 mikron) (Fadli dkk., 2014).

Bunostomum sp.
     Cacing ini berpredileksi di usus halus. Cacing dewasa memiliki panjang
10-28 mm (Kauffmann, 1996). Bunostomum sp. memiliki ujung anterior
membengkok ke dorsal. Kapsula bukal infundibuler, dengan dua lempeng
pemotong ventral semilunar pada tepinya, terdapat dua lanset kecil di dekat
eosofagus dan sepasang lanset subventral yang lebih kecil pada dinding lateral
kapsula bukal. Panjang cacing betina yaitu 16-19 mm dan diameter 500-600
mikron. Telur memiliki bentuk elips berukuran 79-117 x 47-70 mikron (Levine,
1990).
Gambar 5. Bunostomum phlebotomum (80-90 x 50-70 mikron) (Fadli dkk., 2014).

Chabertia sp.
     Genus cacing ini mirip dengan Oesophagostomum sp. dengan perbedaan
ujung anterior membengkok, sehingga mulut menghadap ke anteroventral,
mempunyai dua daun mahkota yang sangat kecil dan tidak memiliki lanset di
dalam corong esophageal. Kepala kapsul bukal berukuran relatif besar. Panjang
cacing betina yaitu 17-20 mm dengan diameter 500 mikron. Cacing jantan
memiliki panjang 13-14 mm dengan diameter tubuh 330 mikron dengan spikulum
langsing dan gubernakulum yang panjang. Telur berukuran 77-100 x 45-59
mikron (Levine, 1990). Chabertia sp. menempel pada kolon menyebabkan anemia
dan kematian pada domba (Monnig, 1950).
Gambar 6. Chabertia ovina (85-90 x 50-55 mikron) ( Fadli dkk., 2014).

Nematodirus sp.
     Tubuh cacing ini sangat ramping dan semakin menipis ke bagian depan,
dengan ujung anterior yang menggembung. Lehernya terdapat gelungan. Infeksi
akibat Nematodirus sp. menyebabkan diare profus dan mortalitas mencapai 30%
(Bowman, 2014). Mulutnya sirkuler dan mempunyai mahkota yang bergerigi
kutikula tajam dan kecil yang dibelakangnya terdapat 6 papila besar yang
membentuk lingkaran internal yang diikuti lingkaran eksternal dari delapan papila
kecil. Cacing ini memiliki gigi esophageal dorsal yang jelas. Spikulum panjang
dan filiform dan biasanya tidak ada gubernakulum. Ekor cacing betina berbentuk
kerucut terpancung, umumnya dengan penonjolan runcing di ujungnya. Panjang
cacing jantan yaitu 10-19 mm dan berdiameter 180-200 mikron. Cacing betina
memiliki panjang 15-29 mm dengan diameter 460 mikron. Telur cacing berukuran
180-260 x 90-110 mikron (Levine, 1990).
Gambar 7. Nematodirus filicolis (140-150 x 75-80 mikron) ( Fadli dkk., 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
     Tingkat prevalensi Strongyle di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya dilakukan dengan pemeriksaan feses pada sapi dewasa yang akan
dikonsumsi. Berdasarkan hasil pemeriksaan 633 sampel feses sapi yang berasal
dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, ditemukan 221 feses sapi yang
positif telur cacing Strongyle sp.
     Telur Strongyle pada sampel feses mengindikasikan bahwa sapi tersebut
didiagnosa terkena Strongylidosis. Sesuai dengan literatur, telur Strongyle sp.
yang ditemukan pada pemeriksaan feses berbentuk ovoid, segmented, dan
berdinding tebal (Soulsby, 1982). Rata-rata ukuran telur Strongyle yang
ditemukan adalah ±78.19 X 34.71 μm.
Tingkat Infeksi dapat dikategorikan menurut (Purnamaningsih et al., 2007)
ringan apabila EPG<1000 dan kategori berat EPG>1000. Data penelitian
menunjukkan bahwa infeksi berat yang didapatkan adalah 20,3% dan infeksi
ringan adalah 79,7%.
Pada Gambar 9. dapat dilihat peta persebaran telur Strongyle di DIY dan
sekitarnya. Jumlah sampel terbanyak positif adalah Sleman , Yogyakarta.